Rabu, 11 Januari 2017

Sejarah Desa Karangmuncang

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejarah merupakan kejadian di masa lalu yang tidak boleh kita lupakan begitu saja, karena dengan adanya sejarah kita dapat mengambil banyak pelajaran dari kejadian di masa lalu dan berharap agar kehidupan di masa mendatang akan menjadi lebih baik lagi. Di berbagai daerah di nusantara pasti mempunyai sejarah yang berbeda-beda yang menjadi cirri khas dari daerah tersebut. Tidak hanya sejarah suatu daerah, masih banyak lagi sejarah tentang suatu kebudayaan, sejarah tentang suatu tempat wisata.
Sebuah sejarah tidak luput dari para tokoh-tokoh yang berkaitan dengan sejarah tersebut. Itu sebabnya mengapa sejarah sangat penting bagi kehidupan kita sekarang. Karena tanpa sejarah, kita mungkin tidak hidup di zaman sekarang. Fenomena yang sering dijumpai yaitu remaja sekarang jarang sekali yang mengetahui tentang sejarah suatu tempat bahkan tempat asalnya sendiri. Oleh karena itu, seperti akronim dari Soekarno yaitu “Jas Merah“ yang memiliki kepanjangan dari “Jangan lupakan sejarah”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah Desa Karangmuncang ?
2.      Bagaimana Perkembangan Agama Islam di Desa Karangmuncang ?
3.      Bagaiman Pengaruh Sejarah Desa Karangmuncang Terhadap Warga ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui Sejarah Desa Karangmuncang ?
2.      Mengetahui Perkembangan Agama Islam di Desa Karangmuncang ?
3.      Mengetahui Pengaruh Sejarah Desa Karangmuncang Terhadap Warga ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Desa Karangmuncang
Sejarah Desa Karangmuncang berawal saat sebelum adanya kemerdekaan Indonesia. Saat Negara Indonesia dijajah oleh Belanda, wilayah ini pun terkena dampaknya. Ada beberapa sesepuh di desa ini yang ditembak dan diculik diantaranya yaitu K.H Abdul Mukti, K.H Asyari dan K.H Umar. Awalnya sebelum ada pemukiman, ini merupakan sebuah tanah yang luas dan merupakan hutan belantara. Daerah ini sebelumnya bernama Cantilan Timbang, karena terlalu luas maka masyarakat di daerah tersebut ingin berdiri sendiri. Sehingga memisahkan diri dengan desa lain.
Ada yang mengatakan bahwa sebelum diberi nama Karangmuncang, daerah ini bernama Karang nangtung dan Karang Tunggal karena di daerah ini tidak ada satu pun permukiman warga dan desa ini termasuknya hutan belantara. Kemudian ada sayembara kepada warga bahwa barang siapa yang bias mendirikan karangnangtung, maka akan menjadi hak milik orang tersebut. Dan yang menyanggupinya yaitu kiayi buya abdul azis. Beliau merupakan buyut dari ibu si penulis, dan ia menikah dengan ibu siti zulaiha yang merupakan wanita tercantik se Kabupaten.
Alasan dinamakan desa Karangmuncang yaitu karena pada zaman dahulu ada sebidang tanah di kebun yang ditanami pohon muncang, jika dalam bahasa Indonesia yaitu pohon kemiri yang bermakna keras kulitnya/cangkangnya. Tetapi ketika sudah dipecah, itu merupakan salah satu bumbu yang digunakan ketika memasak, dan memiliki aroma yang khas dan enak. Orang yang menanam pohon muncang (kemiri) yaitu Mbah Kuwu Sangkan dari Cirebon Girang.
Salah satu Kiayi di wilayah ini mengatakan bahwa jika dilihat dari filosofi buah muncang (Kemiri) bahwa buah muncang memiliki tekstur yang halus dan lembut dan dilindungi oleh kulit atau cangkang yang keras. Sehingga Kiayi tersebut mengharapkan warga desa Karangmuncang memiliki pribadi yang kuat dan keras terhadap hal-hal yang melenceng dari ajaran agama dan norma. Tetapi di balik ketegasan di luar masyarakatnya pun memiliki kelembutan hati di dalamnya. Sehingga melawan dengan keras perbuatan yang munkar. Seperti ketika ada yang membeli keimanan masyarakat di desa tersebut, mereka berani menentang secara keras.

B.     Perkembangan Islam di Desa Karangmuncang
Perkembangan Islam di Desa Karangmuncang berawal saat K.H Abdul Mukti memimpin sebuah Pesantren di desa ini, yang memiliki santri yang sangat banyak hingga ada santri yang berasal dari daerah lain seperti Bandung, Tasik Cianjur, Ciamis dan daerah di sekitar desa Karangmuncang. Saat beliau memimpin Pondok Pesantren, kegiatan keagamaan di desa Karangmuncang menjadi sangat pesat.
Seperti pepatah mengatakan “siapa menanam ia menuai” inilah yang menjadi buah dari belajar saat di Pondok Pesantren. Mereka mengamalkan ajaran yang ia pelajari. Dan alumni Pondok Pesantren itu akhirnya menjadi kiayi-kiayi besar, santrinya pun berbalik belajar ke daerah-daerah mereka.
Setelah wafatnya K.H Abdul Mukti, pesantren ini menjadi menurun peminatnya, tidak seperti saat dipimpin oleh beliau, tetapi masih ada santri yang ingin belajar di Pesantren tersebut namun dipimpin oleh K.H Soheh, yang belajar agama pun hanya di wilayah Kabupaten Kuningan. Saat K.H Soheh meninggal, yang memimpin yaitu anaknya.
Pada tahun 2000 an santri yang mondok di Pesantren menjadi sedikit. Proses belajar mengajarnya pun central yaitu di Masjid Nurul Huda, semua anak-anak yang mengaji yaitu anak di desa Karangmuncang. Pada saat itu, Ustad lah yang mengunjungi ke masjid untuk mengajar agama, itu bertahan hingga sekitar 12 tahun. Pada saat tahun 2013 proses belajar mengaji dilakukan di tiga tempat yaitu di rumah masing-masing ustad. Sedangkan yang mengaji di masjid hanya anak-anak Sekolah Menengah, itu pun hanya sedikit. Seperti sudah tidakada keinginan untuk mengaji. Hingga saat ini, central belajar mengaji yaitu di salah satu rumah Ustad, tidak lagi di Masjid. Sudah tidak ada keramaian lagi di masjid karena digantikkan dengan keramaian di salah satu rumah Ustad.


C.    Pengaruh Sejarah Desa Karangmuncang terhadap Warga
Selain filiosofi yang telah dipaparkan di atas, sejarah Desa Karangmuncang merupakan kejadian yang sangat berpengaruh bagi masyarakat di sekitarnya karena siapa saja yang tinggal di desa tersebut jika ada suatu masalah pasti sulit untuk dipecahkan, tetapi jika sudah mengetahui cara penyelesaiannya. Maka akan berbuah manis.
Para pemimpinnya pun sangat mempengaruhi warga Desa Karangmuncang. Di bawah ini merupakan Kepala Desa Karangmuncang yaitu sebagai berikut :
1.      Kepala Desa (Kuwu)       : Bapak Keca
2.      Kepala Desa (Kuwu)       : Bapak Karna
3.      Kepala Desa (Kuwu)       : Bapak Dulyamin
4.      Kepala Desa (Kuwu)       : Bapak K. H Umar
5.      Kepala Desa (Kuwu)       : Bapak Yoyo
6.      Kepala Desa (Kuwu)       : Bapak Kuswari Nuridin
Saat ini warga Desa Karangmuncang memiliki lapangan pekerjaan di bidang pembuatan roti. Namun ada saja Masyarakat Di Desa Karangmuncang yang masih merantau ke ibu kota. Masyarakat desa Karangmuncang memang terkenal dengan pabrik roti di kampong sendiri atau pun di daerah orang lain.
Semua yang saya tulis merupakan hasil wawancara dari Ustad Muhammad Nasir yang merupakan sesepuh di Desa Karangmuncang.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sejarah dinamakan desa Karangmuncang yaitu karena pada zaman dahulu ada sebidang tanah di kebun yang ditanami pohon muncang, jika dalam bahasa Indonesia yaitu pohon kemiri yang bermakna keras kulitnya/cangkangnya. Tetapi ketika sudah dipecah, itu merupakan salah satu bumbu yang digunakan ketika memasak, dan memiliki aroma yang khas dan enak. Orang yang menanam pohon muncang (kemiri) yaitu Mbah Kuwu Sangkan dari Cirebon Girang.
Perkembangan Islam di Desa Karangmuncang berawal saat K.H Abdul Mukti memimpin sebuah Pesantren di desa ini, yang memiliki santri yang sangat banyak hingga ada santri yang berasal dari daerah lain seperti Bandung, Tasik Cianjur, Ciamis dan daerah di sekitar desa Karangmuncang. Saat beliau memimpin Pondok Pesantren, kegiatan keagamaan di desa Karangmuncang menjadi sangat pesat.
Sejarah Desa Karangmuncang merupakan kejadian yang sangat berpengaruh bagi masyarakat di sekitarnya karena siapa saja yang tinggal di desa tersebut jika ada suatu masalah pasti sulit untuk dipecahkan, tetapi jika sudah mengetahui cara penyelesaiannya. Maka akan berbuah manis.


B.     Saran
Harapan saya para siswi dapat memahami isi dari pembahasan yang telah saya paparkan, agar dapat megetahui tentang isi dari pembahasan makalah saya.
Semoga makalah ini menjadi makalah yang sesuai dengan harapan guru Mata Pelajaran Kesenian. Apabila ada kritik dan saran yang sekiranya membangun, saya sangat mengharapkan demi terwujudnya makalah yang lebih baik.



3 komentar: